Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kisah Teladan Kyai Haji Imam Zarkasyi


Oleh : K.H Hasanain Juaini ( Pengasuh P.M Nurul Haromain NTB )

Ibu - bapak pasti tahu nama Kyai Haji Imam Zarkasyi, tapi bisakah anda membayangkan sosoknya? Atau melihat langsung aksinya?

Di kamar tidur beliau selalu tergelar sajadah yang diatasnya ada untaian tasbih. Saya tahu tahu karena sering menyapu ruangan itu. Allahumma saya bersyukur dapat mengabdikan hidupku untuk beliau. Di belakang sajadah itu dekat jendela ada kertas HITAM bertuliskan tinda emas berbunyi: "Sehari harus bekerja 18 jam. Istirahat adalah mengganti jenis pekerjaan".

Diluar jam mengajar beliau keluar rumah, memakai kaos oblong warna putih cap kodok dan mengalungkan handuk kecil untuk menyeka keringat. Biasanya membawa alat2 pertukangan seperti martil, obeng atau tang. keliling melihat-lihat papan tulis yang tergantung tidak rapi maka diluruskan, memeriksa meja bangku yang ringkih maka dipasaknya, pintu2 kelas yang engselnya rusak dicatat dan diperintahkan untuk diperbaiki.

Jika ada kelas yang kosong, maka beliau masuk mengajar. jika ada sebelahnya lagi yang kosong maka ditingggalkan songkoknya dikelas yang dimasuki terdahulu dan beliau memasuki kels kosong yang ribut itu. Sering terjadi beliau langsung pulang setelah mengisi kelas dengan amat sangat serius, maka songkok hitamnya ketinggalan di kelas sehinga tak satupun santri yang berani meninggalkan kelas sebelum beliau datang kembali mengambil songkoknya (sekalipun sudah jam pulang). ketua kelas harus mendatangi beliau dan bertanya apakah beliau akan masuk kembali agar kami menunggunya?

Kalau berpapasan dengan santri yang tidak membawa buku maka beliau akan mencegat dan menanyakan: mengapa tidak membawa buku? Kalau bertemu dengan anak yang membawa buku tapi tidak membacanya beliau juga bertanya: Mengapa buku dibawa kok tidak dibaca? ( maaf saya selalu menangis kalau mengingat-ingat hal ini).

Satu hari saya berpapasan dengan beliau dan didepan saya ada sobekan koran. Beliau perintahkan " PUNGUT !". sayapun memungutnya dan hendak membuangnya ke tong sampah, namun beliau memerintahkan saya untuk membacanya dahulu. Karena korannya sudah lama dan usang sayapun menjawab: Maaf Pak Yai ini koran lama. Dengan pandangan mata yang teramat tajam beliau menatap saya, rasa merindingnya masih sampai sekarang. Beliau bilang dengan lirih: Ya bunayya korannya memang lama, tapi apa kamu sudah membacanya atau belum?

Kejadian itu didepan Perdos (Perumahan Dosen, berada dibelakang rumah lama Keluarga Kyai Imam Zarkasyi). Peristiwanya tidak berhenti sampai disitu. saya diminta duduk dan membaca potongan koran lusuh itu. Ketika selesai saya pun bangkit minta diri, tapi beliau meminta potongan koran itu dan mulai menanyai saya hampir lima puluhan pertanyaan yang bersumber dari satu alinea saja bahan bacaan itu, tentu saja saya KO berat. Diakhir peristiwa itu beliau berkata: Anak Lombok ya? Makanya kalau membaca jangan setengah setengah. belum lima menit saja sudah lupa. Baca yang bagus...."mocone sing telaten"

Keesokan harinya dalam wejangan untuk kelas Lima (saya kelas lima waktu itu, tahun 1981) beliau menceritakan kasus itu dan menegaskan:

" Di dalam rumah saya ada aturan, bahwa anak-anak saya yang tidak sedang membaca akan disuruh bekerja terur...terus...terus....sampai dia meminta waktu istirahat dan istirahatnya adalah untuk membaca. Hanya anak yang sakit saja yang boleh tidak membaca dan tidak bekerja"

KETIKA MENONTON FILM NEGERI 5 MENARA, SAYA MENYESAL TIDAK DIIKUTKAN MEMBERI MASSUKAN SEHINGGA SEHARUSNYA KEJADIAN SEPERTI ITU DIMASUKKAN UNTUK MENGGETARKAN DUNIA. " Iqro ya Bunayya "

Posting Komentar

4 Komentar