![]() |
| Jannet.doc |
Nahyez 613 - Melepas sulung kami untuk nyantri di usianya yang baru beranjak tujuh tahun bukanlah perkara mudah. Jangankan orang lain, saya pun sempat ragu untuk menjalankannya.
Terlebih lagi disaat pandemi seperti ini. Dibalik keraguan yang saya rasakan, alhamdulillah suami menguatkan saya dan mengingatkan untuk tetap memohon kekuatan dan keyakinan dari Allah SWT.
Awal bulan Maret semakin terasa deg-degannya. Sambil menatap kalender saya bulati angka empat pada bulan Juli. Ya, pada hari itulah kakak Zahra, anak sulung saya akan berangkat ke pondok. Pondok Al Muqaddasah yang terletak di Ponorogo ±4 jam perjalanan dari Surabaya.
Hari demi hari, detik demi detik, terasa semakin mendebarkan. Kontak batin antara ibu dan anak terasa dalam hal ini. Jika saya termenung lama menatap wajah kakak Zahra, maka dia pun akan menatap wajah saya lebih lama. Menyadari hal itu saya pun tersenyum dan berusaha mengalihkan tatapannya terhadap saya.
Setiap malam ketika kakak Zahra sudah tertidur, pada saat itulah saya terbangun sambil menatap lama wajahnya sembari berujar dalam hati, "Ya Rabbii, berikan hamba kekuatan. Hamba sangat menyayangi kakak Zahra, tapi kemampuan hamba dalam menjaga dan mendidiknya sangatlah terbatas. Tidak ada kekuatan yang lebih untuk menjaga dan mendidiknya selain kekuatan-Mu."
Hingga berakhirlah bulan Juni dan datanglah bulan Juli. Dengan keyakinan yang bulat, bismillahirrahmanirrahim, saya dan suami yakin berangkat pada tanggal 3 Juli sore untuk mengantar kakak Zahra.
Saya sempat bernegosiasi dengan suami untuk berangkat di sore hari, agar malamnya kami bisa bermalam dulu di penginapan. Karena pondok mempunyai regulasi pada masa pandemi ini, semua santri hanya boleh diantarkan sampai gerbang pondok saja.
Tibalah esok harinya, setelah zhuhur kami silaturahim dulu ke rumah Ustadz Iskarom untuk semakin menguatkan 'azzam kami. Beliau berpesan untuk sabar dan mengikhlaskan segalanya, agar rasa sabar dan ikhlas itu dapat mempermudah jalan anak kami untuk belajar di pondok.
Selepas itu ±pukul 13.30 kami pamit dari rumah Ustadz Iskarom menuju Pondok Al Muqaddasah. Tidak terbayang sebelumnya bahwa sesingkat ini waktu yang kami punya untuk mengantarkan Zahra ke pondok.
Hanya dalam waktu 3 menit ketika mobil berhenti persis di depan gerbang. Pasukan santri yang menjadi panitia berpakaian APD sigap membawakan barang-barang kakak Zahra. Kakak Zahra pun langsung digandeng oleh salah seorang ustadzah yang berdiri di depan gerbang.
Kakak pun bersalaman dengan ayahnya dan dipeluk ayahnya sebentar. Lalu saya pun dengan menggendong kedua adiknya, menyalaminya, memeluk, dan mencium keningnya, kemudian saya serahkan kepada ustadzah yang membawanya masuk ke dalam pondok.
Mengingat antrian wali santri yang juga hendak mengantar anaknya ke pondok, mobil kami pun langsung maju. Hingga tepat setelah belokan pertama dari gerbang pondok, saya meminta suami untuk menepikan mobil. Disitulah tangis kami berdua pecah tanpa bisa terbendung lagi. Tidak ada kata yang terucap dari lisan kami kecuali, ya Allah..ya Allah..bismillah..bismillah... qawwinaa ya Rabb!
Lalu anak kedua kami pun bertanya, "Kenapa ayah sama bunda nangis?" Kemudian kami sadar bahwa kami tidak boleh cengeng! Kami tidak boleh lemah seperti ini! Kami TITIP anak kami di pondok.
TITIP (Tawakkal, Ikhlas, Titip, Ikhtiar, dan Percaya)
kepada Allah SWT dan pondok.
In syaa Allah apa yang sudah menjadi keputusan kami diridhoi oleh Allah SWT, aamiin. Dan kini sudah empat bulan kakak Zahra berada di pondok, menjadi santriyah mujahidah pecinta al-Qur'an. Meskipun raga kami belum dapat berjumpa, tapi rindu dan doa kami selalu bergetar di dalam dada. <Fathul Jannah>

1 Komentar
Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
BalasHapusdimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802