Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Rahasia Kegeniusan Athena







Nahyez613--  “Ditangan kaum mudalah maju mundurnya suatu bangsa, dan dalam derap langkah mereka pula kejayaan bangsa itu akan terwujud” 

إنّ في يدِ الشبان أمر الأمّة وفي إقدامها حياتها 

Jika kita pernah memberikan suara, bertugas sebagai juri, menonton film, membaca novel, atau duduk duduk bersama teman sambil minum dan mengobrol tentang segala hal, maka kita bisa berterima kasih pada bangsa Yunani. Jika kita merasakan berpikir secara rasional dengan memulai pertanyaan mengapa? Atau sekedar menatap langit malam dengan ketakjuban tanpa suara, artinya kita mengalami momen bangsa Yunani. Yunani memberikan kita pola demokrasi, sains, filsafat.  Kita juga bisa berterima kasih pada mereka untuk  berbagai rancangan kontrak tertulis, pajak, tulisan, sekolah, pinjaman komersial, investasi dengan resiko, dan segala bentuk transaksi dengan tuan tanah. Hampir semua bagian hidup kita terinspirasi oleh bangsa Yunani. 

Sejarawan Edith Hamilton menyimpulkan, 'Kita berpikir dan merasa berbeda karena bangsa Yunani'. Lalu apa yang menjadi rahasia Yunani kuno hingga menjadi salah satu peradaban terbesar di dunia? Hingga melahirkan puluhan orang orang jenius di masanya?

Apa yang menjadikan Athena bersinar? Meskipun sejarah merupakan jumlah tak terhitung dari jutaan momen sehari-hari yang terjadi tanpa disengaja, namun jelas orang-orang Yunani ini memikirkan gagasan-gagasan besar yang mengubah dunia di tempat-tempat kecil, bahkan hampir semua orang jenius di Athena bersifat lokal.

Pertama, orang Yunani kuno berjalan kemana-mana setiap saat, mereka adalah pejalan yang hebat sekaligus pemikir yang hebat dan lebih suka berfalsafah selagi dalam perjalanan. Banyak orang jenius menghasilkan pemikiran terbaiknya saat berjalan. Baru-baru ini para peneliti mulai menyelidiki secara ilmiah hubungan antara berjalan dan kreatifitas. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology, menegaskan bahwa tingkat kreativitas para pejalan secara konsisten dan signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang sering duduk. Bangsa Yunani kuno yang hidup dimasa lalu melakukan segala kegiatan diluar rumah. Rumah lebih menyerupai asrama ketimbang tempat tinggal. 

Kedua, ketidakteraturan melekat pada mitologi penciptaan Yunani, barangkali mereka menduga 'kekalutan merangsang pikiran kreatif'. Yunani merupakan kombinasi antara keteraturan dan ketidakteraturan, seluruh Athena menampilkan kombinasi lurus dan bengkok. Keteraturan dan kekacauan merupakan refleksi keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. 

Yang ketiga, warga Athena memiliki jiwa nasionalis yang begitu mendalam. Tepatnya, warga Athena kuno menikmati hubungan yang sangat akrab dengan kota mereka. Kata sejarawan Thucydides, 'Warga Athena menyematkan gelar ‘idiotes’ bagi mereka yang tidak berpartisipasi dalam masalah publik, orang yang tidak berminat pada masalah negara bukanlah orang yang memikirkan urusannya sendiri, melainkan orang yang tidak punya kepentingan menjadi warga Athena'. Ini merupakan salah satu kunci kejayaan Yunani di Athena kuno, kota kecil dan kotor yang terletak di dataran tandus, dan dikelilingi tetangga yang tidak ramah, serta dihuni oleh bangsa yang tidak pernah menggosok gigi, mengelap jari ke rambut mereka, meludah dimana-mana tanpa peduli, meninggal akibat serangan malaria, yang mana bukanlah ciri-ciri ideal untuk sebuah tempat jenius jika boleh jujur. 

Keempat, warga Athena sangat mencurigai kekayaan pribadi. Hampir semua orang dari pengrajin hingga tabib, menerima gaji yang sama, bahkan undang-undang mengatur pembatasan uang yang boleh dikeluarkan untuk pemakaman, dan melarang wanita membawa lebih dari tiga gaun dalam perjalanan. Rumah orang kaya di Athena kuno tidak bisa dibedakan dengan rumah orang miskin, karena keduanya sama -sama bobrok. Itulah Athena kuno yang menjadi perpaduan antara kekayaan publik dan kemelaratan pribadi. Kemiskinan bukanlah hal yang memalukan, justru kekayaan-lah yang perlu dicurigai. 

Jika kita simpulkan, berarti warga Athena terbebas dari beban konsumsi gila-gilaan. Perlahan namun pasti, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam bangun dari tidur panjang. Belajar dari kejayaan bangsa-bangsa kuno,mengkampanyekan syariat Islam agar menjadi sesuatu yang dihargai di bumi Indonesia.

Seperti yang pernah diungkapkan Plato, 'Sesuatu yang dihargai di suatu negeri akan tumbuh disana'. Apa yang dihargai warga Athena? Mereka menghargai alam dan manfaat berjalan kaki. Mereka bukan penggemar kuliner, namun menikmati makanan secukupnya. Mereka menganggap serius kewajiban sebagai warga negara walau mengesampingkan kepentingan pribadi. Mereka hidup dengan sederhana dan menyederhanakan hidup. Mereka maju karena persaingan, namun bukan untuk kejayaan pribadi. Walaupun mereka hidup pada masa yang sangat tidak aman namun tidak pernah mundur ke balik tembok seperti bangsa spartan nan garang, atau bersembunyi di bawah selimut tebal nan mewah sambil menikmati makanan lezat seperti yang dilakukan negara kota lainnya. Warga Athena merangkul ketidakpastian itu dengan segala resikonya dan tetap terbuka dalam segala hal.

Kemudian apa yang menjadi sebab keruntuhan Athena kuno? Tidak lama setelah rumah-rumah semakin besar dan berlagak. Jalan-jalan bertambah lebar dan keintiman kota berkurang. Orang-orang mulai mengembangkan selera kuliner. Terbentuk jurang curam antara si kaya dan si miskin. Para sufis (trainer, coach, ulama) mulai menjual akrobatik verbal mereka dan memiliki banyak pengaruh. Para akademisi bukan lagi mengutamakan pencarian kebenaran, tapi lebih suka mengurainya, saat itulah Athena menemui ajalnya. Kita sebagai warga negara, khususnya bagi para pemuda dapat belajar dari Athena kuno, apa yang membuatnya bangkit, dan apa yang membuatnya runtuh. Wallahu a’lam. Ariene guZeL

Posting Komentar

0 Komentar