Nahyez613 -- Bagi sebagian Masyarakat Indonesia, bakso merupakan makanan favorit, terlebih saat ini, sudah banyak pedagang bakso yang mengkreasikan bakso mereka dengan varian rasa yang menggugah selera.
Namun tidak boleh lupa, bahwa setiap menjalani usaha tentunya ada niat tulus yang terlintas di baliknya, salah satunya untuk membantu perekonomian keluarga.
Hal itulah yang dilakukan Yuyun Haerunita, Alumnus Gontor Putri 2005 yang menjalankan usaha Bakso Buntel demi membantu perekonomian keluarga besarnya.
"Ingin membantu perekonomian saudara-saudara yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan juga membantu perekonomian orangtua juga," ungkap Yuyun kepada Majalah Gontor.
Perempuan yang lahir 35 tahun silam itu lantas menceritakan awal mula dirinya memulai usaha Bakso Buntel bersama dengan suami. Hal itu bermula saat sang suami mengikuti program pensiun dini dari perusahaan tempatnya bekerja.
"Dari uang pensiun itulah kami mulai membuka usaha," kata Yuyun.
Saat itu, lanjutnya, menjalankan usaha bakso masih belum terlintas. Justru sempat terbesit keinginan untuk membuka usaha bengkel. Namun, karena modal yang terbatas, maka inisiatif untuk mencari usaha lainpun muncul.
Usaha bakso sendiri, katanya merupakan usaha orangtua yang sudah tidak berjalan selama bertahun-tahun. Maka berbekal dari itulah, ia dan suami akhirnya memutuskan untuk memulai kembali usaha orangtuanya tersebut.
"Tentunya dengan menu tambahan yang sekarang menjadi menu favorit di keai kami yakni Bakso Buntel," tekan ibu lima anak itu.
Bakso Buntel sendiri, lanjutnya adalah inovasi bakso yang berisi tulang iga. Sehingga bukan hanya bakso biasa yang hanya berisi daging atau telur saja.
Bakso Buntel tersebut menjadi bakso favorit di tempatnya. Sehingga dalam waktu sehari, dirinya bisa menjual 150 porsi bakso, termasuk bakso biasa. Sementara untuk omset dari penjualan bakso bisa mencapai Rp30 juta perbulan.
Untuk meramaikan usahanya tersebut, perempuan asal Karawang ini juga menambah menu lainnya, seperti jus durian, sop durian, es alpukat durian, jus kurma, dan lain sebagainya.
Yuyun juga mengaku, modal awal dalam menjalankan usaha Bakso Buntel itu adalah sebesar Rp50 juta, termasuk untuk membayar harga sewa tempatnya berjualan.
"Selain usaha Mie Ayam & Bakso, kami juga membuka usaha Air Isi Ulang Reverse Osmosis (RO), dan usaha Ayam Goreng Franchise," jelasnya.
Kekuatan Doa
Bagi Yuyun, keadaan ketika dirinya mulai bertekad untuk berjualan dengan saat suami masih bekerja di perusahaan, sangatlah berbeda. Saat berjualan, kekuatan doa itu benar-benar dia rasakan.
Saat usaha mulai sepi, dia dan suami tidak pesimis dan berputus asa. Sebab mereka yakin doa yang dipanjatkan kepada Sang Khaliq akan membuat mereka kuat dan semakin semangat bahwa rezeki yang Allah SWT titipkan melalui berdagang, jauh lebih besar daripada bekerja di sebuah perusahaan.
"Ramai dan sepinya pembeli benar berdampak dengan kesedihan dan kebahagiaan yang kita rasakan," ungkap Umu Farel.
Selain itu, berdagang atau berjualan juga mengajarkannya untuk bersabar dan ikhlas dengan rezeki yang telah ditetapkan. Sehingga dirinya tidak mengeluh saat masa-masa sepi hadir dalam usaha mereka.
"Menekuni usaha dan tidak gampang menyerah, serta diperlukan banyak inovasi agar pelanggan bisa terus bertambah," jelasnya lagi.
Kedepannya, Yuyun dan suami berharap, agar semua usahanya tersebut bisa terus berjalan dan berkembang. Sehingga dapat memberikan manfaat untuk banyak orang, khususnya untuk keluarga besarnya.
Tidak hanya itu, harapannya juga agar dirinya bisa membuka banyak cabang. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain yang membutuhkan, apalagi di masa pandemi seperti saat ini.
Pelajaran yang Diperoleh dari Pondok
"Man Jadda wa Jada" kalimat pertama yang ia temukan saat belajar Ilmu Mahfudzot saat menimbah ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri. Kalimat itu juga yang sampai saat ini ada di benaknya dan diaplikasikan dalam kehidupannya termasuk dalam usahanya tersebut.
"Ini yang selalu jadi motivasi saya dalam setiap langkah untuk melakukan sesuatu terutama dalam usaha saya ini," kenang mantan bagian Keamanan OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern) masa bakti tahun 2004-2005 itu.
Selain hal tersebut, disiplin dalam diri untuk benar-benar istiqomah menjalankan kehidupan yang sesuai dengan koridor agama, sebagaimana telah diajarkan di pondok juga terus ia terapkan. Sehingga kesungguhan dalam menjalani usaha tetap bisa terus berjalan.
"Hal terpenting bagi kami ialah keberkahan rezeki," tambah Yuyun. Sebagaimana dalam setiap rezeki yang didapat itu suatu nikmat yang tak terhingga. "Berapapun hasilnya kami akan selalu bersyukur," tutupnya. Devi Lusiana
Sumber : Majalah Gontor dan Gontornews.com


0 Komentar