Nahyez613--- Sebagai salah satu makhluk yang mendiami bumi, kita memiliki kehidupan serta kebiasaan yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Kita tidak akan pernah seutuhnya terlepas dari dinamika kehidupan untuk kembali mewariskan sikap, sifat, kebiasaan, budaya, bagi anak cucu kita kelak. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita mempersiapkan pemberian terbaik bagi kehidupan yang akan datang? Sebab masyarakat dewasa ini terbiasa melempar kritik, mengamati, melakukan observasi terhadap perkembangan sikap, sifat, serta kebiasaan pada anak-anak, yang tanpa disadari telah melanjutkan estafet tingkah laku, dan kebiasaan dari kita, orang tuanya.
Contoh pertama, seberapa mampu para orang tua mengendalikan diri dalam penggunaan gadget? Fenomena Popcorn Brain misalnya, yang disebut sebagai fenomena saat otak begitu terbiasa dengan stimulasi konstan multitasking elektronik. Ternyata, fenomena ini tidak hanya terjadi pada anak-anak saja, melainkan juga pada orang dewasa. Perasaan gelisah, resah jika sehari saja tidak mengenggam smartphone atau gadget adalah salah satu indikator kuat dari fenomena tersebut. Contoh lain misalnya, bagaimana orang tua memberikan tontonan terhadap anak anaknya? Hingga anak-anak lepas kendali tanpa mengetahui siapa manusia panutan bagi agamanya, berteriak histeris jika melihat seorang artis idola pujaannya, bahkan sampai menangis hanya dengan mendengarkan lirik lagunya, namun tidak terbiasa mendengar lantunan kitab suci agamanya.
Kesalahan kehidupan modern sekarang ini ialah karena terpisahnya antara kebendaan dengan kejiwaan. Pada zaman dahulu, kepala suku yang memiliki berhala paling indah yang akan dihormati, pun masyarakat modern demikian menghormati mereka yang memiliki harta berlimpah dan kedudukan. Ternyata di zaman modern ini, kita menyembah berhala benda secara modern pula, kebudayaan atau kemajuan zaman baru yang dijunjung tinggi menyebabkan kemiskinan pendirian jiwa. Urusan-urusan dunia tanpa disadari mengambil prioritas lebih besar dibandingkan urusan akhirat, itulah warisan sesembahan baru berupa kebendaan dan dunia.
Di tanah timur telah tumbuh agama-agama yang besar, dan disana hidup para nabi dan rosul. Namun sayang, karena kealpaan-nya selama beratus tahun dalam mewariskan hal-hal baik, hingga tercecer, sekarang tanah timur seperti tempat pada umumnya, yang hanya berupa ladang tempat mencari hidup, yaitu hidup kebendaan dari orang barat dan kafir. Saya akan sedikit menukil wasiat yang ditulis sayyidina Ali, yang diperuntukkan bagi Usma bin Hunaif, amirnya di negeri Bashrah.
“wahai dunia, jauhilah daku, talimu ada dikudukmu sendiri, aku sudah melepaskan diri daripada cengkramanmu, aku telah terlepas dari ikatanmu. Aku telah awas, sehingga aku tidak mau lagi berjalan mendekati jalan yang kau lalui.
Dimanakah kaum yang telah diperdayakan selama ini oleh permainanmu? Dimanakah bangsa-bangsa yang telah ditarik dengan perhiasanmu? Mereka, telah mennjadi isi kubur dan menjadi pemenuh lahad.
Kalau kiranya aku ini seorang yang bertubuh besar dan perkasa, dapat memutar balikkan, akan kujatuhkan padamu hai dunia, suatu hukuman yang amat berat, karena kesalahanmu menguburkan beribu-ribu orang yang telah kamu tipu dengan bermacam macam bujukan angan-angan, yang telah kamu perosokkan kakinya kepada lembah kesengsaraan, raja raja yang kamu melaratkan hidupnya, kamu bawa kepada bala dan bencana, mereka tidak tahu dan tidak sadar, melainkan setelah celaka.”
beribu tahun yang lalu, dunia menjadi jeratan mematikan bagi sebagian besar manusia. Di zaman modern ini, berhala kebendaan menjadikan manusia mampu berdalih atas kebutuhan mendesak atau hiburan, tanpa berfikir jauh mengenai akibat jangka panjang sebagai konsekwensinya. Memberikan gadget pada anak tanpa memberi tahu maksud dan tujuannya dalam kebaikan, hingga disalahgunakan, memotivasi belajar anak dengan dalih untuk meraih cita-cita profesi (duniawi) tanpa menjelaskan bahwa belajar adalah ibadah dan perintah Allah, melatih menabung agar mendapat kehidupan baik namun lupa mengajarkan sedeqah, memberikan standar hidup layak dengan mobil dan rumah serta investasi, tanpa menyadari bahwa tanpa itu semua manusia tetap dapat meraih kemuliaan. Wallahu a’lam
Ariene GuZeL

0 Komentar