Kehangatan musim semi menyapa dengan datangnya suhu 7° - 13 °C. Tak seperti musim dingin yang lalu di suhu -1° di pagi hari dan -5° di siang hari. Matahari mulai memperlihatkan diri, dan langit cerah tampak bergairah. Atribut musim dingin pun tak lagi berlaku. Pakaian tak lagi tebal. Tangan lebih nyaman terbuka tanpa sarung tangan. Badanpun leluasa bergerak. Perubahan ini mulai terasa nyaman dirasakan penduduk Fairlands.
Seperti halnya suhu yang berbeda, waktu pun ikut berubah dari GMT (Greenwich Mean Time) menjadi British Summer Time. Yang semula selisih 7 jam dengan Indonesia maka akan berubah menjadi 6 jam. Sehingga durasi siang mulai terasa lebih panjang daripada sebelumnya.
Seiring musim berganti, demikian pula pada pandemi. Awal musim semi, pandemi tampak akan berhenti. Hal ini ditandai dengan dibukanya berbagai fasilitas umum secara bertahap. Anak-anak mulai masuk sekolah, mahasiswa mulai mendatangi kampus, dan shalat Jumat di sebagian masjid pun sudah mulai kembali. Hiruk pikuk kendaraan mulai memadati jalan raya. Suasana pun sudah hampir mendekati normal. Sayangnya semua kisah tentang pandemi belum kunjung berakhir karena datangnya fase kedua pandemi.
Waktu kali sungguh berarti, karena ini adalah musim semi pertama bagiku dan di musim ini pula akan datang bulan Ramadhan. Menjalani ibadah puasa di negara minoritas muslim tentu akan menjadi pengalaman yang tak akan kulupakan. Dilansir di Birmingham Live, Ramadhan tahun 2020 di Inggris dimulai pada Senin, 6 Mei dan berakhir pada 4 Juni. Sayangnya pemerintah Inggris telah menerapkan lockdown sejak 23 Maret 2020 karena pandemic Covid. Semua fasilitas umum ditutup, sarana ibadah seperti gereja dan masjid juga ditutup. Tak ada salat berjamaah di masjid, dan tentu saja tak ada salat tarawih berjamaah selama Ramadhan. Muslim di Inggris harus beradaptasi dengan keadaan baru selama pandemi. Umat Islam harus menyesuaikan aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan instruksi pemerintah, termasuk aktivitas ibadah. Puasa di Inggris tahun lalu berlangsung sekitar 17 jam, mulai jam 03.30 sampai 20.30. Membayangkan itu semua membuatku gugup sekaligus senang sekali karena ini pengalamanku pertama berpuasa di negeri orang dan tentunya akan sangat berbeda dari kegiatan berpuasa di Indonesia.
Meski minoritas kaum muslim di UK beragam etnisnya. Mayoritas adalah pendatang asal Asia (Pakistan, India, Bangladesh, Afghanistan) disusul dari Afrika Utara ( Aljazair, Maroko, Tunis, Mesir, Sudan, Somalia, Nigeria, Chad) dan sebagian lagi dari Timur Tengah dan Turki. Sudah terbayang dalam benak bisa berkumpul bersama saudara muslim, berbuka puasa, menikmati kumandang adzan saat buka puasa dan shalat tarawih di Masjid. Sayangnya semua keinginan itu sepertinya harus dipendam karena pandemi belum berakhir. Namun bagaimanapun Ramadhan akan selalu indah dan dinantikan, dimanapun, apapun kondisinya, bagaimanapun keadaannya. Ramadhan akan tetap sama, rindu terhadapnya pun akan selalu sama, tanpa pernah mereda.
UK, March 2021
Iecha_13

0 Komentar