Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Januari Berseri

Nahyez menulis- stories for you

Nahyez613 -- Cuaca dingin menyelimuti Fairlands Court, desa yang khas dengan nuansa Eropa. Aku membuka jendela menikmati pemandangan indah. Mungkin masih terlalu pagi bagi penduduk Fairlands dalam cuaca sedingin ini, tapi tidak bagiku. Aku menikmati semilir tiupan angin dingin sambil menyeruput secangkir kopi hitam tanpa gula di depanku.

"It would be difficult to compile a long list of agreeable elements for this season. More often than not, winter brings us a gloomy procession of bitter cold, rheumatic dampness, dreary grey skies, piercing winds, drizzling rain, fog, frost, ice, snow and so on." 

Aku mengingat sebuah kalimat yang tertulis di buku pelajaran Bahasa Inggris KMI kelas 5. Aku memikirkan kata-kata itu. Memang benar rasanya sulit memiliki daftar hal menyenangkan yang dialami di musim ini. Musim dingin identik dengan hal suram dan pahit, langit kelabu, udara lembab bercampur dingin yang menusuk tulang. Tangan serta wajah yang beku dan kaku.

Gerimis dan kabut yang memberi kesan bahwa tak akan ada hangat matahari yang datang. Hal- hal yang kualami ketika musim dingin tak pernah kuduga sebelumnya. Musim dingin yang pucat dan tak bersahabat. Jemari tanganku mulai membeku seolah berada di dalam freezer lemari pendingin.

Kedua anakku kerap mengikuti kebiasaanku. Mereka suka berdiri di depan jendela, menikmati lalu lalang kendaraan dan orang -orang yang mengajak anjing peliharaan mereka berjalan- jalan. Dulu aku risih dengan hewan yang satu ini, tetapi sekarang sudah menjadi pemandangan yang biasa. Bagi mereka hewan seperti anjing adalah sahabat yang bisa diandalkan untuk menemani setiap saat. Senyum dan sapa sudah menjadi tradisi mereka, walaupun aku penduduk asing tapi mereka tetap menyapaku hangat. 

Anak-anakku mulai terbiasa dengan cuaca dingin Inggris. Mereka menikmati hari demi hari. Beberapa bulan terakhir ada yang mengganjal dihatiku. Anakku yang bungsu belum juga bisa berjalan, padahal usianya sudah menginjak 2 tahun. Banyak cara yang telah kutempuh untuk membuatnya cepat berjalan. Tapi apalah daya, manusia hanya bisa berusaha namun Allah jualah yang menentukan. Sampai suatu pagi aku mendengar suara Zinnur berteriak.

" Bunda, lihatlah. Zeeshan bisa berjalan." suara Zinnur memanggilku

Aku berlari ke arahnya dan hal yang sudah lama kunantikan akhirnya terjadi juga. Anakku, Zeeshan melangkah pelan tapi pasti. Langkah pertama yang membuat hatiku membuncah bahagia. Ini akan menjadi kenangan yang tak ternilai harganya, melihatnya berjalan dan berlari menghayati setiap gerakan kaki. 

Dinginnya udara musim ini membuatku enggan ke luar rumah. Sudah cukup bagiku dengan berdiri di depan jendela menikmati indahnya pemandangan. Setiap pagi kudapati butiran salju tipis, entah kapan salju tebal datang menyelimuti. 

" Bunda, kapan salju tebal datang?" Zinnur bertanya dengan kesal. 

"Bunda tidak tahu Sayang. Mungkin di Fairlands saljunya tidak terlalu banyak ." jawabku yakin, karena memang sudah 4 tahun tidak ada salju tebal di sini. 

"Zinnur akan berdoa pada Allah, supaya besok turun salju tebal sekali." katanya dengan yakin. 

Aku tersenyum mendengarkan ucapan Zinnur. 

"Dasar anak-anak, selalu penuh harapan" gumamku dalam hati. 

Pagi berikutnya aku membuka jendela sama seperti hari-hari sebelumnya, dengan secangkir kopi hitam menemani. Tetapi ada pemandangan yang tak biasa ketika aku melihat keluar. Hari ini ada butiran salju turun lembut dalam jumlah yang banyak. Salju yang selama ini dinantikan. Ternyata doa dan ucapan Zinnur terkabul. Salju tebal menyelimuti kota, pagi ini. Tak terasa air mataku menetes, terharu. Betapa Allah selalu menyayangi hamba-Nya, mendengar setiap keinginan yang mungkin terdengar biasa. Selalu membuat bahagia. Aku dan anak-anak langsung berlari ke luar rumah, menikmati belaian salju di wajah kami. Kenangan ini tak akan pernah terlupakan, Januariku yang dingin kali ini, sangat berseri. IECHA 13

Posting Komentar

0 Komentar