Nahyez613-- Dikisahkan dua orang anak yang menjalani masa pendidikan di pesantren, si A dengan program pendidikan 3 tahun dan si B dengan program pendidikan 6 tahun. Si A memiliki kemauan untuk bisa mendapatkan beasiswa ke timur tengah saat melanjutkan studi pada tingkat perguruan tinggi, dia menyisihkan waktu dua jam setiap hari selama 3 tahun untuk mempelajari bahasa arab.
Sedangkan si B yang tidak memiliki kemauan atas sebuah pencapaian, maka
dia hanya menjalani kehidupan sehari-hari dengan rutinitas yang sama tanpa
melakukan peningkatan kemampuan sebagai bekalnya untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
Sudah dapat dipastikan, hasil yang diraih keduanya sangatlah berbeda ketika mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru. Walau dengan perbandingan waktu yang cukup lama, namun karena tanpa disertai sebuah kemauan maka hasil pencapaian yang didapat tidaklah sama dengan seseorang yang telah merancang hidup untuk sebuah tujuan, dengan kemauan keras.
Banyak manusia yang sangat mencintai pekerjaanya, namun
jauh lebih banyak mereka yang sama sekali tidak menikmati atau bahkan membenci
pekerjaan yang tengah digeluti. Apa yang menjadi sebab? Karena mereka tidak benar-benar memiliki kemauan atas
hidup yang dijalani. Tidak berfikir fokus
pada apa yang ingin mereka capai.
“"من سار على الدرب وصل
Barang siapa berjalan pada jalannya, maka dia akan sampai
(pada tujuannya). Hal serupa dikatakan Descartes, ‘Tidak ada suatu keadaan yang
lebih lekat kepada diri manusia melebihi kemauannya’.Begitu juga denganSchopenhauer
yang mengatakan, ‘Seluruh hidup itu hakikatnya adalah kemauan’.Bayangkan jika
kita menyisihkan satu jam saja setiap hari untuk menggeluti apa yang menjadi
kemauan kita, maka dalam waktu 10 tahun bukannya hal yang mustahil kita mampu
menjadi seorang ahli dalam bidang yang kita geluti.
Wujud sebuah kemauan adalah mimpi, harapan, cita-cita, tujuan, dan eksekusi dari semua itu dalam bukti sebuah pencapaian.Orang yang tidak memiliki keingian, maka ia akan hidup layakya zombie, beraga namun tak berjiwa, hidup namun seolah mati.
Kemauan adalah tujuan, barang siapa yang memiliki tujuan maka dia akan
sampai. Kemauan-lah yang membuat manusia tetap konsisten menjalani kehidupan
agar tetap berada pada koridor nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Kemauan
juga merupakan media untuk meminimalisir pelanggaran dalam tatanan sosial dan kehidupan beragama.
Ketika manusia fokus pada sebuah kemauan, maka rintangan sebesar apapun menjadi
hal yang sangat mudah untuk ditaklukkan.
Sarana untuk mewujudkan sebuah kemauan adalah dengan mencintai pekerjaan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hakikat sebuah pekerjaan adalah menjadikan sesuatu hal yang sulit menjadi mudah,"
"العَÙ…َÙ„ُ ÙŠَجْعَÙ„ُ الصَّعْبَ سَÙ‡ْÙ„ًا
Jangan sekali-kali menjadikan sebuah pekerjaan adalah
beban hidup yang tidak berkesudahan. Ketika kita mampu menemukan sebuah tujuan
atas kemauan, maka akan sangat mudah mencintai sebuah pekerjaan sebagaimana
kita mencintai orang-orang terkasih tanpa paksaan._ariene guZeL_

0 Komentar