Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Daring Bikin Darting?

 

Daring bikin darting

Nahyez613 -- Dimulai sejak Maret 2020 lalu pandemi Covid-19 terus memberikan pengaruh ditengah kehidupan kita. Mulai dari pola hidup, kegiatan sehari-hari, hobi dan rutinitas, hampir semua mengalami dampak dari pandemi ini.

 Tentu saja salah satu perubahan yang paling terasa adalah perubahan pola proses belajar-mengajar bagi anak-anak, baik secara formal maupun informal, terutama kegiatan sekolah formal. Mereka yang terbiasa hadir ke sekolah terpaksa beradaptasi dengan proses pembelajaran jarak jauh. 

Proses Pembelajaran Daring (dalam jaringan) menjadi pilihan banyak lembaga pendidikan, dimana proses ini melibatkan peran orang tua secara langsung dari segi teknis. 

 Menurut Wikipedia, definisi pendidikan jarak jauh sendiri adalah formal dimana peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya. 

Pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet. 

Perubahan gaya belajar seperti inilah yang mengharuskan orangtua untuk berperan aktif secara penuh dalam mendampingi pembelajaran anak di rumah. 

Hampir satu tahun menjalani pembelajaran jarak jauh tak sedikit dari para orang tua yang cukup kewalahan memastikan proses belajar di rumah terlaksana dengan baik.

 ‘Daring bikin darting’, mungkin kalimat itu cukup menggambarkan situasi Pembelajaran daring di rumah. 

Pembelajaran daring tak jarang membuat orangtua naik darah atau emosi. Untuk menghindari hal tersebut maka harus ada kontrol dan komunikasi yang baik antara orangtua, guru dan anak. Dengan harapan, orang tua tidak hanya mampu lebih bersabar ketika dituntut harus menguasai semua materi pelajaran namun tetap efektif memantau fungsi penggunaan gawai sebagai alat vital pembelajaran anak di rumah. 

Isna Ni’matus Sholihah Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten Bojonegoro, berbagi tips untuk menghindari stres dalam pembelajaran daring, sebagai berikut :

Optimalisasi peran guru Bimbingan dan Konseling. Keberadaan Guru BK bisa menjadi solusi yang tepat sebagai jembatan komunikasi antara orangtua, siswa dan guru.

Membentuk Peer Counselor / Konselor Sebaya. Penanganan stres oleh teman sebaya ini bisa dipilih dari siswa yang memiliki kemampuan kontrol emosi lebih baik dari kawannya, sehingga dia menjadi salah satu orang terdekat untuk mengingatkan temannya.

Pembiasaan Self Regulated Learning (SRL). Yakni proses bagaimana menetapkan sasaran belajar. Dimana siswa akan mengelola diri dalam belajar, mandiri dan aktif dengan memantau, mengatur, memotivasi diri terhadap tugas-tugas dan membuat tujuan belajarnya secara mandiri. Tak hanya itu siswa juga mampu turut serta mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan kemampuan meta kognitif dan perilaku belajar yang baik.

Melakukan transisi cepat yang artinya semua guru tidak gagap teknologi. Sehingga kemampuan guru yang sudah baik dalam penggunaan teknologi bisa menjadi bantuan bagi orang tua yang masih belum menguasai hal ini.

Bantuan subsidi internet dari pemerintah sebagai syarat utama fasilitas penyampaian materi kepada siswa.

Platform belajar yang umum dan mudah diakses. Seperti penggunaan Google Classroom, Zoom, Google Meet, Ilmupedia.

Cinta yang utuh dan perhatian yang penuh, yakni keterlibatan antara guru, orangtua dan siswa secara aktif. Karena teknologi tidak dapat menggantikan sentuhan kasih sayang dan hubungan hangat antara orang tua murid, anak dan guru.

Pola pembelajaran secara formal boleh berubah, akan tetapi konsistensi dalam belajar harus tetap terjaga. Sebagaimana yang diingatkan oleh Kyai Haji Imam Zarkasyi pada kalimat at-thariqah ahammu mina-l-maddah yang berarti metode pembelajaran lebih penting dari bahan ajar. Perkataan ini lalu disempurnakan oleh KH. Hasan Abdullah Sahal dengan kalimat ruuhu-l-mudarris ahammu min-at-thoriqoh yang mana bermakna bahwa jiwa seorang guru lebih penting dari metode. 

Maka baik guru ataupun orangtua harus benar-benar menyadari akan posisinya yang berperan penting dalam proses pendidikan anaknya. Karena apa yang mereka tanam/ajarkan kepada anaknya saat ini, kelak akan menjadi modal utama mereka dalam menghadapi masa depan sang anak dengan slebih baik dan tentunya amal jariyah yang berganjar pahala yang besar. Wallahu a’lam bishowab. (Fathul Jannah)

Posting Komentar

0 Komentar