Nahyez613-- Siapa yang tidak mengenal Oxford English Dictionary. Bahkan
saat belajar di pesantren dahulu seringkali kami menenteng kamus setebal hampir
dua puluh sentimeter ini kemana-mana. Tak jarang kami secara tak sengaja
menggunakannya sebagai bantalan kepala ketika tengah menahan kantuk di dalam
kelas. The big dic(tionary)—begitu orang kerap menyebutnya, digadang
-gadang merupakan hasil usaha ambisius para kaum terpelajar di London yang
ingin mengabadikan bahasa. Tak banyak yang tahu bahwa tersimpan kisah yang tak
terduga di balik penyusunan kamus legendaris ini. Lalu apa yang menarik di
balik kisah terciptanya kamus ini?
Ide
pembuatan kamus ini awalnya bermula pada satu tujuan, yaitu mengumpulkan kata-kata
bahasa Inggris secara lengkap sejak masa peradaban Anglo Saxon. Kamus ini
tercatat sebagai kamus paling otoritatif yang menjadi acuan para hakim, pembuat
undang-undang, cendikiawan, filsuf, dan pengarang. Dalam masa penyusunannya tersimpan
berbagai kisah menarik yang juga melibatkan ketua tim penyusun yang tidak pernah tamat
sekolah dasar sampai pergulatan tim penyusun melawan kaum bangsawan dan ahli bahasa
yang bersikap arogan.
Perlu
lebih dari tujuh puluh tahun untuk menciptakan dua belas jilid kamus yang
masing-masing setebal batu nisan. Mahakarya sastra heroik ini dipersembahkan
kepada keluarga kerajaan Zaman Victoria. Awalnya dinamakan sebagai New English Dictionary,
tetapi akhirnya lebih dikenal dengan nama Oxford English Dictionary (OED), yang
kemudian terbit pertama kali pada tahun 1928.
Kisah
ini dimulai ketika para petinggi gereja mengajarkan masyarakat untuk dapat
mengenal huruf dan membaca agar mampu memahami Injil. Namun, kenyataan yang dihasilkan
jauh diluar dugaan. Masyarakat yang awalnya buta huruf tidak lagi hanya membaca
injil namun justru menciptakan berbagai karya sastra yang luar biasa. Pada masa
itu para genius leksikografis seperti Thomas Elyot, Robert Cawdrey, Henry
Cockeram, dan Nathaniel Bailey bermunculan. Tak lama setelahnya penyebaran bahasa
Inggris ke seluruh dunia berkembang dengan pesat sebagai salah media penjajahan
dan Kristenisasi.
Para
penulis kamus tersohor Inggris pada abad ke-17 dan 18 betul-betul berkontribusi terhadap sejarah sastra pada waktu
itu. Pengetahuan mereka tak tertandingi, penelitian mereka merupakan karya genius
murni. Kontribusi mereka pada sejarah sastra begitu mendalam. Namun mengapa
berjilid-jilid karya mereka yang gemilang tak lebih dari sekedar barang langka
untuk diperdagangkan, ditimbun, dan dilupakan? Itu karena karya sastra mereka
terlalu ambisius dan tamak. Mereka hanya sekedar menyusun kamus yang berisi
kata-kata aneh dan asing untuk dijual kepada kaum bangsawan Inggris kala itu.
Pada
akhirnya kesalahan terletak pada apa yang menjadi gagasan utama dalam
penyusunan OED adalah kesalahan mendasar pada hasil karya sebelumnya, yaitu “Kamus
hanyalah sebuah Inventaris Bahasa” dan sama sekali bukan panduan tentang
bagaimana menggunakan bahasa itu dengan baik. Tak peduli apakah kata itu sudah
tua, usang, atau bahkan baru, sudah semestinya jika seseorang perlu memeriksa
sebuah kata, dia akan menemukannya disana. Sebab jika tidak, karya yang
dianggap sebagai buku acuan itu menjadi omong kosong belaka dan menjadi sesuatu
yang tak layak diandalkan.
Trench,
si penggagas utama mengungkapkan cara kerja penyusunan OED. Pelaksanaan rencana
penyusunan itu ternyata memiliki beban kerja yang luar biasa berat, diluar kemampuan
satu orang saja. Dimulai dari mencermati seluruh literatur Inggris, menyisir
koran-koran New York dan London, serta majalah dan jurnal yang dikenal paling
kaya akan kosakata. Hal tersebut memerlukan aksi gabungan dari banyak orang. Diperlukan perekrutan tim-tim yang sangat besar, dan
terdiri dari ratusan ribu relawan amatir yang tak dibayar.
Tugas
para relawan ini cukup sederhana, tapi benar-benar menguras tenaga. Mereka
diminta membaca dan menyusun daftar kata-kata dari apa yang mereka baca,
kemudian mencermati dengan seksama kata -kata tersebut. Mereka diharuskan menulis kata yang
ditargetkan di bagian atas kiri dan menyertakan tanggal di bawahnya serta
detail lainnya seperti: judul buku atau
makalah, nomor jilid dan halaman, dan kemudian kalimat lengkap yang
mengilustrasikan penggunaan kata target tadi, secara berurutan. Itu adalah teknik
yang sudah lama digunakan para leksikografer sampai sekarang ini.
Proses
ini mempertemukan mereka dengan salah seorang relawan brillian yang memiliki kontribusi
besar terhadap penyusunan OED, William Chester Minor. Ia adalah seorang ahli
bedah berpangkat kapten, yang juga seorang pasien sel 742 di Broadmoor. Dia dahulunya
adalah mahasiswa kedokteran dari Yale University yang bekerja sebagai dokter
militer di Union Army. Dia bekerja pada periode paling traumatis dalam
kehidupannya yaitu pada saat perang saudara berkecamuk sekitar tahun 1861
sampai dengan 1865. Pengalaman pahit dan mengerikan inilah yang menjadi
penyebab ia mengidap Skizofrenia di kemudian hari.
William
menuliskan sebuah catatan yang merupakan gambaran perang Wilderness yang
menyayat hati. Bangkai manusia bergelimpangan seolah tak berharga dengan bau
busuk menyengat dimana-mana. Penyiksaan dan penderitaan baik fisik maupun
mental begitu dengan kehidupannya saat itu. William kala itu juga merupakan seorang dokter
muda yang dipaksa memberi hukuman terhadap seorang Irish yang melakukan Desersi,
dengan mencetak huruf D menggunakan besi panas di pipi orang tersebut.
Usai
peperangan Wilderness, William mengalami gangguan kejiwaan dan menghabiskan 20
tahun masa hidupnya di penjara militer Broadmoor untuk membantu penyusunan OED
sebagai relawan paling berpengaruh saat
itu. Seorang yang dianggap sebagai pembunuh berkebangsaan Amerika ternyata
justru memiliki hasil kerja yang cemerlang, sangat cepat, dan menjadi anggota paling
dibutuhkan dalam tim penyusun kamus besar itu.
Selama
menjalani masa tahanan, sebagai orang yang didiagnosa mengidap Skizofrenia, William
kemudian justru menjalin persahabatan dengan James Murray, seorang penyunting
utama OED. Sebuah kisah persahabatan paling menyentuh yang terjalin melalui
korespondensi selama hampir dua tahun, sampai keduanya bertemu secara langsung, ketika Murray memutuskan untuk menemuinya di
penjara. Kisah persahabatan keduanya
sungguh menguras air mata dan menorehkan banyak cerita. Oxford English
Dictionary telah menjadi sebuah karya kolektif dengan kontribusi, pemikiran bahkan
pengorbanan dari banyak orang luar biasa, dan bukan perorangan.
Ariene
guzel

1 Komentar
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217