Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kesehatan Mental dan Adaptasi

Nahyez Menulis
Nahyez613 - Dalam situs milik World Health Organization (WHO) disebutkan bahwa setidaknya hampir 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahunnya atau setidaknya satu orang setiap 40 detik. 

Di Indonesia sendiri, dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dikombinasi dengan Data Rutin dari Pusdatin prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala depresi dan kecemasan berjumlah 6% untuk rentang usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta juta jiwa. 

Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Matta, 2016). Upaya bunuh diri erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan dan kesehatan mental seseorang. 

Kesehatan jiwa  menurut WHO adalah ketika seseorang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan mampu menerima kehadiran orang lain sebagaimana mestinya.

 

Dalam Buku Saku Keperawatan Jiwa ( 2007 ) disebutkan laporan seorang dokter bedah umum yang pertama kali membicarakan topik kesehatan mental dan gangguan kejiwaan . 

Laporan ini dibuat berdasarkan kajian literatur ilmiah yang cukup banyak dan konsultasi dengan pemberi dan penerima layanan kesehatan jiwa. Berbagai sumber dalam laporan tersebut salah satunya menyatakan bahwa  kesehatan mental atau kesehatan jiwa adalah pangkal dari kesehatan itu sendiri. 

Sebagaimana sebuah pepatah  dalam bahasa arab  menyebutkan "Al 'aqlu salimi fi jismi salimi" yang artinya akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat. Hal ini dikarenakan kondisi akal atau pikiran seseorang akan mempengaruhi jiwa orang tersebut. 

Bagaimana seseorang bertindak, mengambil keputusan, berfikir serta  bersikap akan senantiasa dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan dan kejernihan akal sehatnya. Betapa pentingnya kondisi kesehatan jiwa dalam hidup yang kita jalani, seiring banyaknya faktor yang mempengaruhinya mulai dari stress, depresi, ketakutan, kegelisahan atau bahkan trauma mendalam terhadap suatu kejadian. Dengan demikian penting bagi kita menjaga kesehatan mental diri kita sendiri.

Jurnal berjudul Adaptive behaviour as a factor of psychological health dalam Konferensi International Society Health Welfare tahun 2016 menyebutkan sebuah teori pengembangan mekanisme pertahanan yang dielaborasi oleh Cramer (1998). Cramer mengasumsikan bahwa proses adaptasi menyatukan pertahanan psikologis dan perilaku koping sebagai mekanisme yang berkontribusi memenuhi kebutuhan individu beradaptasi dengan kenyataan.  

Adaptasi sendiri adalah kemampuan seseorang memodifikasi dan mengubah pikiran, emosi, serta perilakunya sebagai respons terhadap perubahan. Ketika Anda mudah beradaptasi, Anda dapat mengatasi situasi stres dengan lebih baik.

Sehat- sakit, adaptasi - maladaptasi merupakan konsep yang berbeda. Tiap konsep berada pada rentang yang terpisah.  Rentang sehat – sakit, berasal dari sudut pandang medis. 

Sementara itu, rentang adaptasi – maladaptasi, berasal dari sudut keperawatan. Dengan demikian seseorang yang mengalami sakit baik secara fisik maupun jiwa sejatinya harus dapat beradaptasi terhadap keadaan sakitnya (Buku saku keperawatan jiwa, 2007). 

Oleh karena itulah meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap setiap keadaan menjadi sangat penting dilakukan, untuk menguatkan jiwa dan raga seseorang. (Laeli Tejal )

Posting Komentar

0 Komentar