Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Asa Hendak Pergi Rantau, Apa Daya Hanya Rasa Bulan Madu

 

Nahyez Menulis
Sungai Nil, Mesir

Nahyez613 - Beberapa bulan setelah menikah, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2010 aku menyusul suamiku ke Mesir, tempat dimana ia akan melanjutkan studi S2-nya. Rencananya suamiku akan mengambil jurusan Ekonomi Syari'ah setelah sebelumnya juga menamatkan Pendidikan S1-nya di negeri para Nabi ini. 

Singkat cerita, tiba waktunya aku harus berangkat ke Mesir. Aku menaiki pesawat bersama istri dari teman suamiku. Kami berdua baru kali pertama menaiki pesawat dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Rasa gugup dan sedikit takut tentu saja menyelimuti hati. Akan tetapi berbekal  Bismillah dan keyakinan akan perlindungan Allah, akupun merasa tenang.

Setibanya di Mesir, aku merasa lega karena ternyata suamiku sudah menunggu di bandara. Karena ini pertama kalinya, aku merasa sangat takjub sekaligus senang seolah tak percaya bahwa saat ini aku tengah berada di negeri orang. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur. ‘Alhamdulillah, terima kasih Ya Robb atas nikmat yang telah Kau berikan kepada kami’.

Sesampainya di tempat tinggal suamiku, aku bergegas mandi karena tubuhku terasa penuh dengan keringat. Air di rumah sangat dingin seperti es. Udara pada musim dingin ini terasa sangat menusuk tulang. Malam pun tiba, suamiku mengajakku berjalan-jalan di  Alun-alun Kota Mesir. Hari ini kebetulan bertepatan dengan malam Tahun Baru (Masehi) tanggal 31 Desember 2010. Kami berdua menaiki kereta api, menuju alun – alun. 

Di kereta aku merasakan kantuk yang luar biasa hingga sempat tertidur. Tak terasa kami pun sudah sampai di tempat tujuan. Sorak-sorai dari warga setempat membuatku terbawa suasana bahagia. Beberapa orang ada yang meniup terompet, ada pula yang menyalakan kembang api. Gemerlap lampu di sepanjang sungai Nil benar-benar membuat kota ini terlihat sangat indah. Aku pun tak lupa mengabadikan momen ini dengan berfoto di pinggir Sungai Nil. Malam semakin larut, aku bersama suami bergegas pulang  karena rasanya sudah tak kuat lagi menahan lelah. 

Hari demi hari kulewati dan aku mulai merindukan rumah.  Homesick, baru beberapa minggu rasanya seperti sudah berbulan-bulan. Aku merasa waktu berjalan begitu lambat. Demi melupakan perasaan rindu terhadap rumah, aku berusaha menyibukkan diri.  Teman-teman akhwat mengajakku pergi mengaji pada seorang guru Mesir. Beliau sangat baik dan ramah. Aku pun merasa senang belajar bersama mereka. Sedikit membuatku lupa akan rasa rinduku terhadap rumah.  

Keesokan harinya, aku menemani suamiku mendaftar ke kampus barunya. Kami menaiki bus untuk sampai kesana. Sepanjang perjalanan aku melihat pemandangan Kota Mesir yang sangat indah. Suamiku menceritakan nama-nama tempat yang kami lewati selama di dalam bus. 

Hampir satu bulan di Mesir, suatu ketika aku menonton televisi.  Aku melihat  pemberitaan bahwa ada kerusuhan terjadi di Kota Mesir. Warga melakukan demonstrasi menuntut agar Presiden Husni Mubarok segera lengser. 

Semenjak berita itu muncul suasana Mesir tidak seperti biasanya. Demonstrasi lanjutan di berbagai tempat mulai terjadi dan suasana pun ikut mencekam. Situasi politik memanas dengan benturan kepentingan dari berbagai pihak. Tiap sore hari polisi setempat melakukan patrol dan  menyuruh warganya untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Sebagai pendatang di sini aku merasa cemas dan takut. Suamiku pun mulai sama gelisahnya. Keluargaku hampir setiap hari menelpon untuk menanyakan keadaanku disini. Tak lama setelah situasi mulai tidak menentu, kami mendapat berita dari Kedutaan Besar Indonesia di Mesir yang menyatakan bahwa pemerintah akan mengirimkan pesawat untuk menjemput Warga Negaranya pulang ke tanah air. 

Alhamdulillah, tak henti-hentinya aku mengucap syukur. Aku bersama teman-temanku mendapat kloter pertama untuk pulang ke tanah air, sementara suamiku harus mengantri pada kloter berikutnya. Sesampainya di Indonesia, aku beserta rombongan disambut oleh Presiden beserta jajarannya. Ada rasa sedih, haru dan bahagia yang kurasakan. Aku dijemput oleh pamanku yang bertempat tinggal tak jauh dari bandara dan beristirahat disana sebelum keluargaku menjemputku.

Manusia hanya dapat berencana tetapi Allah yang menentukan. Niat awal aku pergi ke Mesir hendak menemani suamiku menuntut ilmu disana dan menetap lama sekitar 2 sampai 3 tahun. Namun nyatanya aku hanya tinggal tak lebih dari 1 bulan saja.  Tetapi aku selalu yakin, rencana Allah pasti lebih baik dan indah daripada rencana makhlukNya ( *RikaAgustina*)

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus