Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

PETAKA HARI LAHIR



Nahyez 613 - Selepas shalat Isya’ aku berjalan santai bersama dua orang temanku menuju asrama yang berjarak kurang lebih lima ratus meter dari masjid. Kegiatan dimalam hari cukup longgar karena hanya sekedar menghabiskan waktu untuk belajar malam yang biasa kami sebut dengan Muwajjah. Aku edarkan pandangan ke arah beberapa santriwati yang hilir mudik mempersiapkan diri menuju tempat belajar.

Tidak butuh waktu lama aku telah sampai di depan kamar, suasana nampak mencurigakan, teras depan kamar terlihat begitu  sepi dari biasanya, sandal masih berjajar rapi di tempatnya pertanda penghuninya belum meninggalkan tempatnya dan tidak ada yang lalu lalang untuk keluar masuk melalui pintu. Kuputuskan mengintip dari luar jendela ada apa gerangan yang tengah terjadi. Aku perhatikan dari kaca jendela terlihat sekitar tiga puluh anak duduk melingkar dan masih mengenakan mukena pertanda baru kembali dari masjid. Aku putuskan melangkah memasuki kamar, suasana begitu senyap.

Assalamu alaikum,” kuucapkan salam dengan penuh keraguan dan tanda tanya.

Wa alaikum salam,” terdengar jawaban beberapa anak secara serempak.

Ta’ali huna! Ijlisi janibi, anti ya Salwa!,”perintah seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah ketua rayon kami, Ukhti Azizah. Aku bergegas mendatanginya dan memposisikan diri duduk disampingnya.

Nabda’ ijtima’ana fi hadzihi Lailah biqiroati al basmalah!,” dari kalimat pembuka yang disampaikan oleh Ukhti Azizah, aku tahu bahwa perkumpulan ini baru saja dimulai dan aku rasa seperti menunggu kehadiranku untuk dimulai.

Tashilan li, wa tafhiman lakum, antiqu indunisiyatan,Ukhti Azizah memohon izin kepada anggota kamar untuk menggunakan Bahasa tidak resmi, karena Bahasa resmi yang kami gunakan adalah Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

“Tadi sore ada banyak laporan ditemukan beberapa anak dikamar ini kehilangan uang. sebelum kami melapor kepada keamanan pusat untuk dilanjutkan ke kantor pengasuhan, mohon ada pengakuan malam ini agar ada dispensasi yang sekiranya bisa membantu,” mendengar ucapan Ukhti Azizah hatiku berdesir, setiap mata yang ada diruangan itu saling pandang, mencoba menerka siapa pelakunya. Suasan menjadi hening seketika, dan beberapa anak berbisik satu sama lain.

Afwan, menurut laporan dari salah satu santri ke saya tempo hari, dompetnya ditemukan di lemari Salwa,” ucap salah seorang pengurus bagian keamanan di rayon tersebut. Mendengar pernyataannya nafasku serasa terhenti, hatiku bergetar, aku menelan ludah tidak percaya. 

Ini fitnah, mataku berkaca-kaca, sontak aku tidak mampu membendung air mata yang tumpah begitu saja. Pikiranku kalut dan perasaanku campur aduk, antara takut, tidak percaya, tidak masuk akal. Ukhti azizah menepuk pundakku, aku sandarkan kepala di bahunya aku terisak dan nafasku tersenggal-senggal, bagaimana bisa mereka menuduhku sebagai pelaku. Semua mata mengarah kepadaku dengan tatapan jijik dan hina.

“Salwa, mengaku saja!,” bisik Ukhti azizah kepadaku. Aku enggan menatap wajahnya. Bagaimana mungkin sebagai seorang ketua rayon yang aku anggap paling bijaksana namun begitu mudahnya menjatuhkan tuduhan kepadaku yang memang tidak melakukanya. Air mataku semakin berderai. Tubuhku lunglai.

“Aku tidak ambil uang siapapun ukhti,”tangisku pun pecah, aku mencoba membela diri.

“Aku lihat kamu kemarin buka lemari Zahra,”celetuk salah seorang teman sekamar namun berbeda Angkatan denganku semakin membuat hatiku perih. Seingatku, kemarin aku banyak menghabiskan waktu diperpustakaan, aku kembali ke kamar hanya untuk mandi dan bersiap ke masjid. Seketika aku terbayang wajah ibu dan ayah. Bagaimana jika aku sampai dikeluarkan dari pesantren ini. Ibu dan Ayah pastilah sangat hancur mendapati laporan bahwa putrinya telah mengambil hak orang lain, padahal bukan seperti itu yang terjadi.

Pikiranku kacau tidak menentu, kubenamkan wajahku diperaduan. Telah banyak bukti yang dilontarkan, namun sungguh aku benar-benar tidak melakukan. Aku rasakan keheningan dikamar yang biasanya aku temui banyak keceriaan. Malam ini, hanya isak tangisku yang terdengar.

Ya Robb… cobaan apa yang Kau timpakan kepadaku?,”aku mencoba beristighfar dalam hati. Aku berserah diri pada-Mu entah apa yang akan terjadi padaku.

“Haha…hahaa….hahahaa….”, seketika terdengar suara riuh tawa serempak. Perasaanku semakin tak menetu. Kugilir pandangan kesetiap wajah yang ada diruangan kamar tersebut.

Miladuki said ya Salwa”, ucap Ukhti Azizah bersamaan dengan seluruh anggota kamar kepadaku.  Aku merutuki kejadian malam ini. Ternyata hanyalah sendau gurau belaka yang sengaja mereka rencanakan untuk menyambut hari ulang tahunku. Aku tak habis pikir, bagaimana jika hal ini ketahuan oleh ustadzah bagian pengasuhan ataupun pengajaran, bisa habis mereka dilumat hukuman. Ah, benar-baner menyita waktu belajar. Aku sendiri tidak ingat jika esok adalah hari ulang tahunku. Ada perasaan lega di dadaku karena tuduhan itu hanyalah sandiwara dan kebohongan belaka. Tapi tetap saja aku tidak terima dengan perlakuan mereka.

Pukul sepuluh malam bel berdentang waktu Muwajjah telai usai, pertanda kami harus Kembali ke kamar untuk melakukan absen malam. Aku dan salah seorang temanku berniat untuk melanjutkan belajar di masjid seusai pengabsenan. Kususuri koridor kelas, sebagian besar ruang kelas sudah mulai kosong, tidak sedikit pula para santri yang tertidur di meja kelas menunggu dibangunkan oleh bagian keamanan pusat yang bertugas keliling pada malam itu.

Antadziruki amama mantiqoh”, aku membuat janji dengan temanku untuk bertemu di depan rayon guna melanjutkan belajar malam. Kami biasa menutup rutinitas belajar malam dengan shalat tahajud. Maka tempat yang paling tepat untuk melanjutkan belajar adalah Masjid.

Aku ingin Kembali ke kamar berniat mengganti buku pelajaran, masih dengan senyum getir mengingat kejadian selepas isya’ barusan. Aku melangkah menaiki tangga, menyimpan sandal di kotak sandal yang telah disediakan lalu memasuki kamar dengan mengucap salam. Sesampainya di depan lemari, Sontak mataku terbelalak tidak percaya dengan pandangan yang ada dihadapanku. Menelan ludah dengan rasa kecewa teramat mendalam. Seakan tak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Mengapa aku tidak mengunci pintu lemari sebelum meninggalkan kamar. Mulutku komat kamit memberikan Sumpah serapah kepada para pelakunya yang jelas bukan anak-anak anggota kamar.

Seluruh isi lemari tumpah ruah keluar. Baju-baju yang sangat aku kenal menggantung disetiap sudut ruangan. Buku-buku yang aku susun rapi tidak lagi menempati posisinya dengan aman. Ketika aku memungut salah satu gamis, aku temukan bedak bercampur deterjen yang menempel pada serat pakaian. Belum lagi ada sebuah kotak besar di dalam lemari, terletak ditengah-tengah buku yang berserakan, kuamati ada sebuah pergerakan yang lambat. Dengan kewaspadaan tinggi aku mulai mendekat dan perlahan membuka tutup kotak tersebut.

Ternyata isinya membuatku serasa ingin memuntahkan seluruh isi perut, para bekicot yang masih hidup menggeliat tak beraturan tumpang tindih. Bekicot yang berjumlah kurang lebih hampir tiga puluh ekor mulai mengambil Langkah bertebaran di dalam lemari yang kini lebih tepat disebut sebagai sarang bianatang. Aku tidak habis pikir bagaimana para pelakunya mengumpulkan sedemikian banyak binatang menjijikan tersebut. Dibawahnya kutemukan kertas bertuliskan, “sanah helwah Salwa..”.

“Perayaan macam apa ini”, aku membatin dengan gemuruh kekesalan yang tak terdera. Jika dilihat dari segi manfaatnya sama sekali tidak kutemukan. Mereka benar-benar merusak hariku. Mereka melakukan tradisi bodoh yang dilakukan secara turun  temurun. Bukankah di dalam Islam tidak pernah ada perayaan untuk memperingati hari kelahiran.

Perayaan hari ulang tahun telah menjadi hal yang lumrah dan wajar bagi setiap manusia dimuka bumi ini, baik di sekolah, kantor, rumah, Lembaga organisasi dan lain sebagainya. Tidak terlepas yang merayakan muslim ataupun non muslim tetap saja perayaan ulang tahun menjadi sebuah budaya yang pada akhirnya menjadi kewajiban untuk dilakukan. Masyarakat dewasa ini tidak menyadari adanya pergeseran dalam memahami syariat agama. Banyak perkara yang mereka anggap remeh dan ringan.

Perayaan ulang tahun yang dirayakan dengan balutan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, itu merupakan bid’ah. Ataupun perayaan ulang tahun hanya untuk mencari kesenangan belaka-pun tidak pernah dibenarkan dalam ajaran Islam. Perkara ini tidak pernah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah SAW dan sahabatnya.

من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barang siapa mengada-adakan suatu perkara baru dalam urusan agama, yang tidak ada asal usulnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR Bukhori no.2697 dan Muslim no. 1718)

Aku mulai merapikan satu persatu barang-barang yang berserakan dengan kekesalan mendalam. Cara menghentikan perbuatan seperti ini hanya dengan memutus mata rantai tradisi yang telah mandarah daging. Tidak akan aku biarkan para pelakunya melenggang dengan santai tanpa rasa bersalah. Aku berniat melaporkan mereka kepada yang berwajib, agar mereka merasakan ke-angkeran kantor pengasuhan yang dibangun dengan haibah atau wibawa sebagai Lembaga keadilan di pesantren ini. Sesekali memberikan mereka pelajaran dan menghabisi dengan hukuman dari pengasuhan tidaklah terlalu kejam, pikirku. Ariene guzeL


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    BalasHapus
  2. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - GOPAY
    - Link AJA
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
    add Whatshapp : +85515373217 x-)

    BalasHapus