Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Menciptakan Sekolah Rumah yang Menyenangkan

 

google.com

Musim pendemi seperti sekarang tampaknya cukup berdampak pada perubahan orientasi berpikir  orangtua yang justru ingin menciptakan sekolahrumah atau homeschooling sendiri.

Bukantanpa alasan, tuntutan untuk selalu menjaga protokol kesehatan serta kebiasaan orangtua dalam membersamai anak selama belajar dari rumah, ternyata semakin meyakinkan sebagian orangtua untuk siap mengajarkan anak sendiri di rumah.

Bagi para ibu-ibu untuk membagi waktu secara bersamaan, menemani beberapa anak dengan tuntutan tugas sekolahnya masing-masing, tentu cukup menguras tenaga dan emosi. Namun, hal itu berbeda dengan ibu lima anak ini, Annisa Mustika Sa’adah, praktisi Djayusman Homeschooling.

Sejak tahun 2017, Icha, begitu sapaan akrabnya, memutuskan untuk mendirikan homeschooling tunggal. Ia hanya fokus mengajar anak-anak kandungnya sendiri. Dan nama Djayusman Homeschooling pun dipilhnya serta telah mendapatkan izin resmi dari Dinas Pendidikan, Ponorogo.

Kepada Majalah Gontor, Annisa menuturkan bahwa tujuan sekolahrumah miliknya adalah mengembalikan peran rumah sebagai tempat pendidikan dan pembelajaran utama bagi anak dengan berbasis Islamic worldview.

“Kurikulum yang kami terapkan mengadopsi kurikulum nasional dan lebih menekankan pada aqidah dan filsafat hidup sebagai seorang Muslim (Islamic worldview),” terang alumnus Gontor Putri tahun 2005 itu.

Dapat disimpulkan bahwa sekolahrumah adalah salah satu alternatif jalur pendidikan (sekolah) bagi para orangtua yang menghendaki pendidikan dengan karakteristik tersendiri bagi anaknya. Model pendidikan ini resmi dan dijamin oleh negara. Sehingga dapat diurus perizinan dan bahkan mendapatkan pembinaan dari negara.

Inti dari sekolahrumah adalah kesadaran dari para orangtua bahwa pendidikan anak, pada hakikatnya berawal dari rumah. Artinya orangtua menjadi guru dan teladan bagi para murid yang juga anak-anaknya. “Karena setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan orang yang mampu secara tulus memahaminya adalah orangtuanya,” ucap Icha.

Wanita cantik ini pun turut memberikan tips untuk lebih tenang menghadapi anak saat belajar di rumah. “Salah satu metode yang saya pakai agar bisa lebih menahan emosi saat berhadapan dengan anak yaitu dengan mencatat kekurangan dan kelebihan karakter masing-masing anak,” jelas istri Royyan Ramdhani Djayusman MA, dosen UNIDA (Universitas Darussalam), Ponorogo.

Misalnya, lanjut Icha, saya menemukan anak yang lalai dalam mengerjakan tugas, karena sudah menulis tentang plus minus anak tersebut, maka saya tidak jadi marah dan mencoba untuk memahami kekurangannya.

Selain itu untuk mengurangi kemarahan atas tingkah laku anak yang beragam, orangtua bisa rutin mengajak seluruh anak untuk berkumpul bersama. “Biasanya saya gunakan waktu setelah Shalat Maghrib, saat itu kami bersama-sama mengevaluasi kesalahan masing-masing dan mencari solusinya,” jawab Icha. Alhamdulillah, sambungnya, anak jadi jauh lebih bisa menerima.

Intinya, homeschooling bukan sekedar belajar di rumah tapi lebih memaksimalkan misi pendidikan dari keluarga itu sendiri. Namun, jika orangtua merasa belum sanggup secara mental dan fisik, orangtua bisa mengundang guru atau mengikutkan anak di lembaga HS atau sekolah payung yang ada.

Dan apapun bentuk pendidikan anak kita baik itu sekolahrumah atau formal, orangtua tetap harus terjun langsung sebagai pembimbing dan pengasuh anak. Serta tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah semata. <Edithya Miranti>

Sumber : Majalah Gontor

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    BalasHapus