Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Suara Jaros

 

Sudut sudut di setiap dindingnya adalah kenangan.

Darussalam aku menyebutnya dalam ingatan. Tempat yang tak terbatas oleh waktu. Segala  detik detiknya adalah ilmu.


Oh pondokku....

Teringat suatu ketika _jaros_ berdentang keras. Entah, mengapa benda ini bisa terdengar keras di telinga para santri, bahkan melekat dalam hati. 

Deng....deng....

Begitulah suara yang terdengar. Suara yang menggema meringankan kaki menuju tahap majelis ilmu bahkan majelis _aklu_



Pada tanggal itu 25 September 2002, aku mendapat kejutan bahagia yang tak pernah terlupa sepanjang masa. Delapan belas tahun lalu, tepatnya kelas 3 SMP. Kalau di Gontor disebut KMI (Kulliyatul Mu'allimat Al Islamiyah), teman-teman menyiapkan kejutan yang luar biasa.


Deng.. Deng...

Bunyi _jaros_ kepulangan sekolah terdengar. Mereka telah menyiapkan sabun, sampo dan segala perkakas yang bisa dituangkan ke seluruh pakaian saya. Wow! 


"Selamat ulang tahun, Nupret!" Nupret, _laqob_ sepanjang masa yang disematkan padaku. Nurul Pretty, begitu kata mereka. Haha.


Dan kejutan ini tak berakhir sampai di situ. Sampai aku melewati kamar mandi, air dari _mighrofah_ dan _dalwun_ dituangkan. Eits, ternyata bukan sekedar air biasa. Itu air berisi sabun sabun cuci dan sisa sisa air kotor. Ish!


Tiba-tiba datanglah sosok menakutkan bersepeda mendatangiku yang saat itu bersimbah air kotor dan bau tidak karuan karena sabun bercampur air kotor yang menempel di pakaianku. Siapa dia? Sudah bisa ditebak, sosok yang sangat ditakuti di seantero pondok. _Qism amn_.


_''Ukhti, ta'ali huna!''_ _Qism amn_ memanggilku. Suaranya bak Malaikat Izrail, sang pencabut nyawa. Menyeramkan. 


''Waduh!'' Dengan pasrah, aku mendatangi beliau dan menyiapakan diri masuk ke mahkamah. Dan akhirnya, aku dijemur si depan masjid dengan membawa papan kecil bertuliskan,

"Nama Nurul Farida 

Dari Gresik Kelas 3 D melanggar peraturan berbuat pesta.''


Aih, betapa malunya yang kurasakan. Mukaku sudah seperti kepiting rebus. Malu ketika _ikhwat-ikhwat_ yang lain lalu lalang sambil memandangku. Tak cukup sampai di situ, kisah pilu yang membahagiakan, seluruh kotoran mengering di badan, dan aku digiring ke ruang persidangan.


''Kembali ke rayon, mandilah dan cepat kembali ke ruangan ini!  Saya tunggu di mahkamah _ba'da maghrib_!" Degg! Dengan tegas _qismu amn_ menyampaikan keputusan. 


Deng... Deng...

Suara _jaros_ kembali kudengar. Kali ini suaranya terdengar seperti panggilan kematian. Hati semakin berdetak kencang. Saat ini adalah jam sholat maghrib tiba. Setelah Al-Quran kita lantunkan, tiba waktunya _qism i'lan_ mengumumkan berbagai berita.


_"Al-asma al-madzkuroh tahta hadzihil waroqoh ulaikahum....."_ Dan, sudah bisa ditebak, muncullah namaku di antara deretan nama yang disebutkan. Pengumuman ini sekaligus undangan untuk menghadiri mahkamah _qism amn_ . Sudah jelas.


"Ceritakan siapa saja yang mengerjai _anti_?" begitu beliau bertanya. Mau tidak mau aku menceritakan sejujur-jujurnya. Dan keesokan harinya, teman teman yang terlibat ikut mendampingi aku. Berjemur di depan masjid tercinta.


Saat itu hukuman yang kutrima adalah menghafal surah Alwaqiah dan malu yang tiada tara. 


Hari ini disaat senja usiaku bahwa dengan mengistiqomahkan membaca surah alwaqiah sangat berharga bagiku. 

 

Usiaku kini tak muda lagi aku menyadari bahwa Gontor mengajarkan kesederhanaan  "Dunia hanyalah tempat singgah dan berlelah lelah. 


/Nurul Farida / 20092020

Posting Komentar

0 Komentar