Bismillahirrahmanirrahim.
Perjalanan di pondok selama menjadi santri adalah perjalanan hidup yang paling berharga. Semua tempaan dan binaan menjadi modal saya sekarang dalam menghadapi segala permasalahan hidup. Ada yang menarik di Ma'had Gontor ketika kaki memasuki gerbang GONTOR PUTRI 1 maka mata akan dihidangkan kata-kata motivasi yang dikreasikan oleh santriwati sendiri baik di atas triplek baliho, dicat atas tembok ataupun sekarang di banner-banner yang tersebar di jalanan utama Ma'had. Ada satu jargon atau kata-kata yang tertera di salah satunya yang masih teringat sampai sekarang 'Language Is Our Crown'. Ketika saya masih menjadi santri baru Saya tidak mengerti maksud tersiratnya hanya tau arti secara harfiah 'Bahasa adalah Mahkota Kami'.
Sebagai santri baru pasti di awal akan merasa tertekan dengan pembinaan Gontor kepada santrinya terutama dalam aspek Bahasa yang memang sudah terkenal se-Indonesia Raya kemahiran santri dan santriwati Gontor dalam bercakap-cakap 2 bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Sebagai santri baru pasti di awal akan merasa tertekan dengan pembinaan Gontor kepada santrinya terutama dalam aspek Bahasa yang memang sudah terkenal se-Indonesia Raya kemahiran santri dan santriwati Gontor dalam bercakap-cakap 2 bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Setiap hari kami harus bangun pagi sekali sebelum azan Subuh untuk berkumpul di masjid untuk shalat Tahajud, membaca Qur'an dan menunaikan shalat Shubuh berjama'ah. Setelah itu kami langsung bersiap melakukan 'Muhadatsah' berdiri di depan rayon membaca dengan suara keras kadang sedikit berteriak dialog dalam bahasa Arab & Inggris. Bukan itu saja kami benar-benar mempraktikkan apa yang kami baca dalam keseharian, Yes... Keseharian kami menggunakan Bahasa Arab & Inggris jangan sekali-sekali berfikir untuk berbicara Bahasa Indonesia apalagi Bahasa Daerah. Ya... hal yang paling ditakuti oleh kami adalah Qismu Lughoh (Bagian Bahasa) setiap hari ada saja korban jasusah (spy/mata-mata) yang dipanggil namanya di masjid seusai shalat Maghrib berjama'ah bukan untuk diberi hadiah bukaan... Melainkan 'Iqob (hukuman). Pada awalnya saya selalu berdoa semoga dijauhkan dari 'Iqob apapun di pondok tapi.. semua hayalan hanyalah halusinasi saya. Ingin jadi santri yang selamat walau jadi sirgoman (siriroh ghoiru mandzur) tapi saya selalu ketiban apes yang berkali-kali terlibat namanya di bagian keamanan dan bagian bahasa bahkan Ankulat.
Singkat cerita saya termasuk santriwati yang aktif dalam mengikuti lomba-lomba di luar Ma'had terutama dalam bidang bahasa seperti Lomba Pidato B. Inggris, Lomba Debat B.Inggris ataupun Lomba Telling Story. Karena seringnya mengikuti lomba jadi kamar LAC (Language Advisory Council) sudah tidak semenakutkan dulu saya kenal ustadzah-ustadzah LAC tapi kawan itu bukan jaminan untuk diri ini keluar dari semua peraturan dan terbebas dari 'Iqob tidak pernah ada nepotisme disini bahkan untuk anak ustadz sekalipun. Pada suatu malam saya ingat sekali ketika itu awal kelas 5 ketika sibuk mempersiapkan DA (Drama Arena) saya hampir tidak pernah tidur di kamar kadang terlalu lelah tidur saja di kelas mufadhol posisi duduk beralaskan lengan di atas meja atau di masjid beralaskan sejadah karena takut telat pergi shalat Shubuh jika tidur di atas kasur yang nyaman.
Malam itu sudah larut sekali lebih dari pukul 12 bersama teman di Mufadhol dengan ringannya kami berbahasa Indonesia karena berfikir Bag.Bahasa sudah tertidur lelap pasti. Tetapi tiba-tiba terdengar 'ukhrujna... Sami'tu lughotal Indunisi' waduuuh horror saya fikir celaka 12 ternyata ada Ustadzah LAC yang saya tau betul suaranya Ustadzah Diahita si cantik tapi heartless 😂. Keluarlah kami ber-4 kalau tidak salah kontan raut muka beliau terlihat terkejut melihat ada muka saya disitu. Betul kawan karena saya sudah sering mengikuti lomba dianggap saya sudah jadi ambassador atau duta Bahasa secara tidak langsung maka 'Iqob yang saya dapat leebih banyak daripada 'Iqob teman-teman yang lain. Menghafal Surat Al-Mulk dan Muthola'ah juga bayan (menjelaskan) beberapa pelajaran juga berdiri di depan dapur umum khusus kelas 5&6 (ini yang paling malu) seakan-akan mau menghilang saja dari muka bumi.
Jadi jargon 'Language Is Our Crown' di Ma'had itu bukan isapan jempol belaka semua nyata karena Direct Method yang diterapkan dalam belajar Bahasa di Gontor. Saya sangat berhutang budi pada semua tempaan yang di dapat walaupun tidak sefasih native speaker tapi saya cukup Percaya Diri jika harus berdialog dengan Native speaker baik dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Totalitas pendidikan yang diterapkan di Gontor benar-benar menjadi input yang menghasilkan bibit-bibit unggul dalam masyarakat. Terimakasih pondokku Engkau sungguh laksana Ibu Kandungku.
#Nahyez613 #Nahyezmenulis
Dwi Ranita
0 Komentar