Bagaimana, kenapa, dan mengapa saya bisa masuk ke Gontor sebenarnya hanya satu yakni kecemburuan sosial saya kepada kakak saya yang lebih dahulu masuk ke Pondok yang berada dipulau Jawa bagian Timur ini. Kok bisa cemburu, ya setiap pulang liburan pasti yang ditanyain mau makan apa, dimasakin apa yaa kakak saya itu. Balik kepondok pun yang difikirkan ibu saya ya kakak saya itu. Akhirnya saya niat mau pondok juga ah supaya bisa di perhatikan ibu saya.Karena Aba sudah meninggal terlebih dahulu dikala usia 11 tahun.
Pengalaman mengantar kakak saya ke pondok pun membuat keinginan saya ke sana semakin menggebu gebu. Melihat betapa besar n megahnya pondok ditengah sebuah desa, aktifitas, santri santrinya yang semangat menuntut ilmu makin menambah semangat untuk masuk kesana.
Alhamdulillah akhirnya setelah perjuangan keras serta doa ibu saya masuklah saya ke pondok khusus putri. Saya kira masuk pondok itu enak, makan enak, belajar tinggal belajar, nyuci tinggal laundry, dan semua hal yang enak enak. TIdak terfikir sedikit pun ada bagian qism lughoh (bagian bahasa), qism amn (bagian keamanan), Angkulat, dsb.
Salah satu hal yang teringat di memory saya ketika kelas 3 intensive, selepas magrib biasanya kita mengadakan tadarus ma’an (membaca Alquran bersama) dilanjutkan makan malam. Bagi yang tidak ada kasus dengan bagian amn atau lughoh biasanya bisa santai dan pergi kedapur dengan riang gembira karena kebetulan hari itu lauknya kesukaan seluruh penghuni pondok yaitu dajajah atau ayam dikecapin n berbumbu kacang (lezat rasa mbok dapur). Namun bagi saya hari gembira itu berganti kesedihan karena kaka qism amn memanggil saya. Salah karena menyebut “ih” ketika sedang berkomunikasi dengan teman sekamar. Jadilah hari itu disidang dengan hukuman menghapal pelajaran Muthola’ah dan mujaffaf alias dijemur siang bolong keesokan harinya.
Dalam fikiran saya waktu itu mengapa kesalahan sekecil itu harus diganjar dengan hukuman? Toh saya tidak berbahasa Indonesia ataupun berbahasa daerah. Sudah gitu harus kehilangan waktu makan malam dengan lauk idaman saya. Jujur saat itu saya lebih memikirkan lauk itu daripada pelanggaran yang saya lakukan. Saya tulis sambil senyum. Hehe
Tapi semua hukuman saya jalani karena saya termasuk anak yang muthi’ (tidak terlalu nakal). Alhamdulilah selama dipondok saya hanya mengalami sidang qism amn dan qism lughoh hanya sekali. Karena sudah terbayang dengan hukuman jadi saya ambil amannya saja. Walaupun terkadang ada kenakalan lainnya tapi ghoiru ma’ruf atau tidak ketahuan.hehe.
Semakin lama dipondok semakin saya mengerti ternyata hukuman tersebut bersifat mendidik, tidak asal, tidak menjatuhkan, tidak membuat saya bodoh, malah semakin membuat saya sadar akan kesalahan, semakin membuat pintar dan kuat mental. Dan semoga saya bisa menerapkan nilai nilai pondok ini kepada anak saya kelak. Dan satu hal yang tidak sesali adalah kecemburuan sosial saya di awal, bangga bisa menjadi bagian dari alumni pondok yang telah banyak mengajarkan kami menjadi seorang murid, guru, teman, sahabat, hingga menjadi istri dan ibu dari anak anak kami. Terima kasih kakakku,para pembimbing rayonku, para ustadz, para ustadzah. Love you pondokku.
Nur. Bandiyah
#NAHYEZ613
#NAHYEZMENULIS
1 Komentar
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217